Sunday, May 8, 2011

ONDHOL DAN GEJOS


Apalagi ini? Tentu saja masih seputar makanan yang selama ini aku jumpai hanya di Banjarnegara. Kedua makanan ini hampir mirip. Baik ondhol maupun gejos, keduanya dibuat dari ketela pohon alias singkong alias budin (bahasa setempat). Dan satu persamaan lainnya adalah keduanya sama-sama enak!
Kita bicara tentang ondhol dulu. Seperti yang sudah disebutkan di atas, ondhol dibuat dari singkong. Cara membuatnya, pertama-tama singkong diparut. Agar ondhol yang dibuat bisa renyah, bahan dicampur dengan tepung tapioka. Kemudian dibumbui garam, bawang putih dan ketumbar. Pada beberapa pembuatan, sering dicampur dengan irisan halus daun kucai. Setelah tercampur rata, dibuat bulatan-bulatan (ondhol-ondhol) sebesar kelereng ukuran standar. Langkah selanjutnya digoreng hingga kekuningan. Ondhol enak dimakan hangat.
Di pasar, ondhol dijual dalam bentuk sudah matang, siap dimakan. Dijual dengan menyebut berapa harga yang diinginkan. Biasanya mulai Rp 250,00 (dua ratus limapuluh rupiah) tiap plastiknya. Ada juga yang dijual dengan ditusuk menggunakan tusuk sate. Tiap tusuknya berisi lima sampai sepuluh biji, harganyaRp 100,00 - Rp 200,00 (seratus hingga dua ratus rupiah).
Umumnya ondhol dimakan begitu saja. Paling dicocol dengan saos atau buat teman makan pecel. Tapi, oleh seorang teman di Puskesmas, saya pernah dibawakan masakan ondhol tumis cabai hijau. Penasaran?
Ini dia resepnya. Ondhol secukupnya, diiris tipis-tipis, cabai hijau dipotong serong, bawang merah, bawang putih diiris tipis. Bumbu pelengkap ada salam, laos, gula dan garam secukupnya. Membuatnya seperti membuat tumisan pada umumnya. Bawang merah ditusmis hingga harum, masukkan irisan cabai hijau, gula dan garam. Beri sedikit air untuk melarutkan gula dan garam, tapi jangan terlalu banyak karena irisan ondhol bila terendam air bisa hancur. Setelah cabai layu, masukkan irisan ondol dan dicampur hingga rata dan matang. Masakan tumis ondhol cabe hijau siap dihidangkan. Enak dimakan dengan nasi beras atau nasi krekel/leye yang hangat.
Gambar : Gejos setelah digoreng. Enak dicocol sambal selagi hangat
Sementara untuk pembuatan gejos, hampir sama dengan ondhol. Hanya setelah semua bahan tercampur rata, lalu dikukus hingga matang. Biasanya gejos tanpa diberi campuran irisan daun kucai. Kebanyakan polos. Tapi ada juga yang dicampur dengan kedelai hitam yang digoreng dan ditumbuk kasar atau tanpa ditumbuk. Setelah matang, bahan gejos diratakan pada wadah yang rata dan lebar, dibentuk lembaran bulat tipis dengan diameter lebih kurang 20 centimeter dan ketebalan satu centimeter. Agar tidak lengket, permukaannya ditaburi tepung tapioka. Setelah dingin, gejos dipotong-potong memanjang selebar satu centimeter dan panjang lima centimeter menyerong.
Di pasar, gejos potongan biasanya dijual mentah dalam wadah plastik berisi sepuluh potong dengan harga Rp 250,00 (dua ratus lima puluh rupiah). Ada juga yang dijual masih dalam bentuk bulat lembaran belum dipotong-potong dengan harga Rp 600,00 (enam ratus rupiah) per lembarnya.
Memasaknya, gejos cukup digoreng dalam minyak panas dengan api sedang. Awas! Bisa meletus! Jadi saat menggoreng sebaiknya ditutup. Untuk yang masih lembaran, sebaiknya dipotong-potong menurut selera. Setelah matang berwarna kekuningan, diangkat. Gejos siap dikonsumsi begitu saja atau dengan cocolan saus maupun sambal pecel.
Rasanya? Enak sekali kalau masih hangat. Hampir mirip dengan geblek yang dikenal di Wonosobo. Hanya geblek lebih alot, sementara ondhol dan gejos lebih empuk.


Gumiwang, sabtu 7 Mei 2011



No comments:

Post a Comment