Saturday, April 30, 2011

TUMIS BUNGA PEPAYA


            
Gambar 1. Bunga pepaya



Gambar 2. Tumis bunga pepaya































         Hari Minggu pagi adalah hari yang sangat menyenangkan bagiku. Karena pada hari itu biasanya aku punya kesempatan untuk berjalan-jalan di kebun dan melaksanakan hobi favoritku, berkebun. Seperti biasanya, dengan menggunakan “kostum kebesaran” berupa celana dan baju kaos lengan panjang, sepatu boot karet dan sarung tangan kerja aku mulai membuat rencana apa yang akan aku lakukan pagi ini. Tampaknya tak banyak yang harus dikerjakan, karena liburan dua hari sebelumnya sudah cukup membuat kebunku kembali “layak dilihat”.
Saat itulah mataku tertumbuk pada pohon pepaya di sudut kebun di tepi kolam ikan. Pohon pepaya setinggi kurang lebih dua meter itu tampak subur. Daunnya hijau gemuk dan segar. Terbersit di kepalaku untuk memetik daunnya yang muda untuk disayur. Aku mendekat. Tampak olehku selain daunnya yang menggoda, ada banyak bunga pepaya bergelantungan. Oh, pepaya bunga rupanya. Tak ada buah tampak di pohonnya. Hanya bunga pepaya berwarna putih kekuningan bermunculan bergerombol membentuk rangkaian-rangkaian berkelompok di tangkai-tangkai yang panjang. Sepanjang yang aku ingat, hanya pohon pepaya jantan yang mengeluarkan bunga seperti ini. Tak akan ada buah muncul di situ.
Melihat bunga pepaya yang banyak sekali, seketika pikiranku berubah. Aku akan memasak bunga pepaya hari ini. Aku ingat masih punya teri medan di dapur. Sudah lama sekali aku tak merasakan masakan bunga pepaya. Ditumis saja. Jadi ingat masakan ibu dulu.
Segera aku kumpulkan bunga-bunga itu. Aku petik hati-hati agar tidak rontok berjatuhan di tanah. Lumayan banyak. Aku mendapatkan satu keranjang kecil. Setelah dipisahkan dari tangkainya, mungkin sekitar 250 gram. Cukuplah untuk sarapan sejumlah empat orang pagi ini. Selain bunganya, aku juga memetik beberapa tangkau daun mudanya untuk “cowelan” bersamba sambal terasi.
Setelah dibersihkan dari tangkai dan kotoran, bunga pepaya kuremas-remas sebentar dengan sedikit garam. Begitu yang diajarkan ibu dulu untuk mengurangi rasa pahitnya. Tapi menurutku, justru sedikit rasa pahit itulah yang menimbulkan sensasi saat menikmatinya. Lalu kucuci dengan air bersih dan ditiriskan.
Kemudian kusiapkan bumbu-bumbu dan kelengkapannya. Bumbu tumisan saja, bawang putih, bawang merah, cabe merah, cabe hijau diiris tipis. Salam dan laos untuk penyedap. Teri medan digoreng matang dan disisihkan. Mulailah aku menumis. Minyak dipanaskan, masukkan irisan bawang merah dan bawang putih, tumis sampai harum. Masukkan cabe, salam laos. Masukkan bunga pepaya, tumis sampai layu, tambahkan sedikit gula merah dan garam untuk menyedapkan. Setelah matang, masukka teri medan, campur rata dan angkat. Tumis bunga pepaya teri medan pun siap dihidangkan bersama nasi putih hangat dari beras mentik super, daun pepaya rebus dan sambal terasi. Tak lupa gorengan tahu dan tempe yang cukup dibumbui garam dan bawang putih.
Selain teri medan, tumis bunga pepaya juga nikmat dicampur dengan suwiran tongkol, bahkan cumi segar.
Hmmmm.... Alkhamdulillah....

Gumiwang, Ahad, 24 April 2011

No comments:

Post a Comment