Pada tanggal 22 - 27 Mei 2013 yang lalu, aku mendapat kesempatan untuk mengunjungi kota Bangkok bersama - sama rombongan dari rumah sakit sejumlah 17 orang. Karena anak sulungku sudah selesai ujian, maka aku mengajaknya ikut serta sambil menunggu pengumuman kelulusan.
Berangkat dari Purwokerto tanggal 21 Mei 2013 pukul 19.30 naik Kereta Api Purwojaya ke Jakarta. Dari Jakarta pukul 07.30 WIB dan sampai ibu kota negara Thailand itu pukul 10.50. Tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Bangkok.
Lima hari di Bangkok, kita sempat mengunjungi beberapa tempat wisata di sana. Juga ke pantai Pattaya yang kesohor itu.
Kalau boleh jujur, sebenarnya tempat - tempat tujuan wisata di Bangkok dan Pattaya tidak lebih menarik dibandingkan yang ada di kota - kota di Indonesia. Tak perlu dibandingkan dengan Bali yang hampir semua penduduknya sudah "sadar wisata" (artinya menyadari bahwa wisata adalah andalan utama pendapatan mereka sehingga serius menggarapnya), tapi bandingkan saja dengan Yogyakarta dan sekitarnya. Tempat - tempat wisata di Yogyakarta lebih beragam dan menarik.
Tapi walaupun begitu, ada hal yang sangat bisa, bahkan wajib dipelajari bagaimana Kota Bangkok khususnya dan Thailand umumnya mengelola pariwisatanya. Pendapatan mereka terbesar memang dari sektor pariwisata. Tak kurang 20 juta wisatawan mancanegara tiap tahun berkunjung ke Thailand untuk berwisata dan tentunya berbelanja. Dan itu berarti pendapatan negara.
Beberapa hal yang mungkin bisa dipelajari dari pengelolaan wisata di Bangkok yang mungkin bisa diterapkan di kota - kota di Indonesia agar ke depan pariwisata di Indonesia makin maju dan menjadi andalan. Diantaranya adalah :
1. Infrastruktur dan sarana transportasi.
Transportasi di kota Bangkok sangat mudah dan beragam. Ada dua bandara internasional di Kota Bangkok, yaitu Don Mueang dan Suvarnabhumi yang merupakan bandara baru yang megah. (kapan ya, Indonesia punya bandara seperti ini?). Dari bandara menuju ke kota Bangkok ada beberapa alternatif. Bila dari Don Mueang, menuju ke kota bisa menggunakan bus atau taxi. Kalau naik taxi, sebaiknya ambil taxi resmi bandara yang menggunakan argo. Bus ada dua macam, ber-AC dan non AC. Khabarnya, kalau naik yang non-AC gratis (eh...ngirit buat para budget traveler. hehehe...). Sementara bus AC membayar sekitar 16 baht atau sekitar 5000 rupiah sampai ke Mo Chit (stasiun BTS (Bangkok Mass Transit System) atau lebih dikenal sebagai Skytrain. Bisa juga ke terminal bus.
BTS ini adalah alternatif yang murah dan menyenangkan untuk mengeksplorasi kota Bangkok karena akan terhindar dari kemacetan jalan - jalan kota Bangkok saat jam - jam sibuk. Di tempat - tempat yang tidak dilewati BTS, bisa disambung dengan MRT yang juga cukup nyaman dan harganya terjangkau. Tiket BTS antara 15 - 45 baht tergantung tujuan. Ada pilihan tiket sekali jalan, tiket untuk satu hari dan paket untuk 30 hari. Sesuaikan dengan kebutuhan saja.
|
Gb. Kakak dan Tuk - Tuk |
Sementara bila naik taxi ongkosnya sekitar 150 baht ditambah 50 baht untuk kontribusi tambahan ke bandara dengan tujuan yang sama. Dari Mo Chit perjalanan bisa diteruskan naik bus atau Skytrain ke tujuan yang dikehendaki. Bisa juga naik angkutan air melalui sungai, taxi atau ingin mencoba kendaraan khas Bangkok yang disebut Tuk - Tuk? (hanya harus siap - siap sport jantung!)
Kalau dari Suvarnabhumi ke kota Bangkok bisa langsung naik Airport Rail Link sampai kota sekitar 17 menit ke stasiun BTS di Mo Chit.
Seperti umumnya kota - kota besar di Indonesia, Bangkok juga rawan macet. Pada saat kita ke sana, kebetulan sedang libur Waisak, sehingga jalanan tidak terlalu macet. Rombongan kita dijemput bus dari bandara menuju hotel tempat menginap.
Perjalanan menuju tempat - tempat wisata sangat bagus dan mulus. Hampir semua jalan di sini diaspal di atas cor beton. Selama lima hari jalan - jalan tidak melihat jalan berlubang, galian kabel yang mengganggu perjalanan dan lain - lain. Sepanjang jalan menuju luar kota sangat lapang. Di tepi jalan banyak yang diberi pagar. Hal itu supaya hewan - hewan ternak atau peliharaan lainnya tidak masuk ke jalan raya.
2. Tempat - tempat wisata yang dikelola baik dan inovatif.
|
Gb. Di Halaman Grand Palace |
Beberapa tempat wisata yang sempat kita kunjungi memberikan kesan yang sangat baik. Di Bangkok kita sempat mengunjungi Grand Palace, Wat Po dan Wat Arun. Grand Palace mengingatkanku pada Keraton Yogyakarta. Sedangkan Wat Po dan Wat Arun mengingatkanku pada candi Borobudur dan Prambanan. Bedanya, ketiga tempat itu memiliki detail yang unik dan pengelolaannya sangat profesional.
Alur keluar masuknya jelas, tempatnya sangat bersih dan fasilitasnya cukup memadai. Di banyak tempat terdapat tourist information centre, tempat di mana kita bisa meminta informasi tentang lokasi wisata, transportasi, kuliner, tempat perbelanjaan, sampai informasi orang hilang.
Pos - pos kesehatan juga terlihat di beberapa tempat yang banyak dikunjungi, seperti pasar dan pusat - pusat perbelanjaan dengan letak yang mencolok dan mudah diakses. Biasanya dekat pintu masuk.
|
Gb. Pos Kesehatan di Pasar Chatuchak |
Oh ya, di sini tidak ada pedagang asongan yang mengejar - ngejar kita untuk membeli dagangannya yang sering membuat tidak nyaman. Semua pedagang ada tempatnya. Mereka menawarkan daganganya denga cara yang wajar. Ada kios - kios khusus untuk membeli cinderamata dan oleh - oleh.
Di Grand Palace, kita akan melihat bekas istana raja yang sangat cantik. Bangunan - bangunannya memiliki detil hiasan yang rumit dan banyak diantaranya yang dilapisi emas. Sehingga istana tersebut tampak berkilauan dan megah. Kalau ke Bangkok, pokoknya jangan lupa untuk mengunjungi istana ini. Tiket masuknya lumayan mahal, 500 baht. Tapi gak rugi kok.
|
Gb. Di Wat Arun |
Wat Po adalah tempat patung budha tidur yang sangat besar. Di sini orang yang masuk harus berpakaian rapi dan sopan. Tidak boleh mengenakan celana pendek atau baju you can see. He he he... Alas kaki harus dilepas dan disediakan kantong untuk membawanya, gratis! (orang kita biasanya tanya tarif kan? Wkwkwkwkwk....).
Sementara Wat Arun adalah candi dengan detail yang unik. Seluruh permukaannya dihias dengan keramik warna - warni. Untuk mencapai ke sana, kita harus menyeberang sungai Chaophraya dengan perahu mesin. Ongkosnya hanya 3 baht dengan lama penyeberangan tak lebih dari lima menit!
|
Gb. Contoh Detail Lukisan Keramik di Wat Arun |
|
Gb. Wat Po |
Ada lagi tempat - tempat lain yang layak juga dikunjungi seperti Noong Nooch Village yang merupakan taman bunga yang besar serta tempat diadakannya pertunjukkan kesenian khas Thailand serta pertunjukkan gajah (yang ini gak boleh kelewatan ya?).
Ada tempat penangkaran lebah madu yang menjual madu murni dan royal jelly.
Gem's Jewellery adalah tempat wajib untuk pecinta batu permata. Berbagai batu permata kualitas baik ada semua dengan harga yang lumayan. (sayang, aku gak begitu suka perhiasan, jadi gak begitu tertarik mengunjungi tempat ini).
Ada Laser Budha dan Silver Lake Village yang juga cukup menarik.
|
Gb. Istananya Kaum Transgender di Pattaya |
Aku lebih suka mengunjungi Floating Market untuk menikmati berbagai kuliner khas Thailand di sana. (dasar doyan makan! Wkakakaka....). Alternatif lain adalah pasar Chatuchak. Kalau yang lain belanja, aku menikmati kuliner di sini. Untuk kuliner kita bahas lain waktu ya? Pokoknya, gak ada puasnya deh. Makanya lima hari di Bangkok gak berani nglirik timbangan yang ada di hotel! (iseng juga ya? hotel menyediakan timbangan badan).
Kalau ke Thailand, belum lengkap kalau belum mengunjungi Pattaya. Di sana ada "istananya" kaum transgender yang terkenal, yaitu Alcasar. Mereka benar - benar cantik. Aku sendiri kalah cantik dari para laki - laki yang menyeberang masuk ke dunia kaum hawa ini. he he he... Tapi aku tetep pede aja, karena aku aseli! Di Pattaya ini surganya kehidupan malam. gak usah diceritakan yach? Pokoknya udah tahu semua kan?
Yang tidak boleh dilewatkan kalau ke Thailand adalah spa. Cobalah rasakan spa yang konon merupakan spa terbaik di dunia dengan berbagai alternatifnya. Aromaterapi yang menguar di udara ruangan spa sangat menenangkan. Benar - benar rilex dan nyaman. Tapi jangan salah pilih ya. Carilah spa asli (wkwkwkwkwk...). Maksudnya yang benar - benar untuk spa, bukan yang ada layanan plus - plusnya.
|
Gb. Para Transgender yang Cantik dan Sexy |
|
Gb. Silver Lake yang merupakan perkebunan anggur. |
|
Gb. Laser Budha yang terbuat dari emas |
3. Pusat - pusat Perbelanjaan dan Oleh - Oleh
Ini yang menarik buat kebanyakan ibu - ibu. Tapi karena aku sendiri kurang suka belanja, maka tempat - tempat wisata belanja bukanlah tempat yang menarik buatku. Di sini paling aku membeli oleh - oleh untuk teman kantor dan keluarga yang di rumah. Tapi gak ada salahnya kalau dibahas tersendiri saja lain kali ya? Bagi yang hobi belanja, Thailand adalah surganya. Dari yang harga murah sampai mahal semua ada. Dari kaki lima sampai mall berbintang (eh, emang ada mall berbintang?), tinggal sesuaikan saja dengan budgetnya. Yang pasti, tempat - tempat menjaring devisa ini sangat diperhatikan kenyamanannya oleh pemerintah setempat. Cukup di satu tempat semua ada dan mudah dijangkau.
4. Peran Pemerintah dalam Industri Pariwisata.
Kalau tidak bisa dikatakan ini adalah campur tangan pemerintah. Beberapa tempat wisata merupakan destinasi wajib untuk biro yang mengelola wisata di Thailand. Sehingga, mau tidak mau setiap orang akan mengenalnya dan mengunjunginya, walaupun mungkin tidak pas dengan seleranya. Ini bagi yang melakukan perjalanan dengan biro. Lain kalau sendiri, tentunya bisa menentukan tempat - tempat yang akan dikunjungi.
Keterlibatan masyarakat juga sangat terasa. Semua tempat wisata terasa bersih. Jalan - jalan juga cukup bersih. Walaupun sungai Chaophraya terlihat kotor karena sampah. Tapi secara umum terlihat tertib, bersih dan teratur. Lalu lintas tertib, termasuk sepeda motor yang kebanyakan untuk sarana angkutan umum, ojek.
|
Gb. Sepeda Motor, cukup banyak di Thailand tapi tertib. |
Memang masih kurang pas aku dalam menguraikan tentang sebab - sebab kemajuan pariwisata di Thailand, karena tujuanku ke sana memang bukan berwisata dan hanya lima hari. Tapi setidaknya, sedikit informasi yang mungkin juga banyak kurang benarnya ini bisa memicu semangat masyarakat Kabupaten/Kota di Indonesia untuk berlomba - lomba memajukan pariwisatanya. Percayalah, Indonesia jauh lebih elok dari Thailand!