Tuesday, February 28, 2012

NAIK KERETA API EKSEKUTIF BIMA PURWOKERTO - GAMBIR

Dapat tugas dinas luar ke Jakarta selama empat hari, Selasa sampai Jum’at. Dari Banjarnegara, sepertinya lebih nyaman naik kereta api. Kalau naik pesawat, harus ke Jogjakarta atau Semarang terlebih dulu dan itu paling tidak empat jam perjalanan.
Setelah cari – cari informasi, akhirnya dapat juga tiket Kereta Api kelas eksekutif Bima seharga Rp 235.000,00. Lumayan juga untuk harga tiket Kereta Api. Kereta dijadualkan berangkat hari Selasa, 28 Pebruari 2012 pukul 00.40 pagi dan berhenti di stasiun Gambir. Di tiket pesawat tertera nomor gerbong 4 dengan nomor kursi 6D. Memang, sekarang Kereta Api memberlakukan satu bangku satu penumpang, sehingga diharapkan lebih nyaman.
Aku membeli tiket di loket pemesanan di stasiun dengan menunjukkan kartu identitas. Seorang wanita yang melayani memberikan informasi bahwa aku tidak harus datang ke stasiun untuk membeli tiket. Tiket bisa diperoleh secara online atau melalui agen (di Banjarnegara bisa diperoleh di Kantor Pos) dengan harga sama dengan kalau kita beli di stasiun. Ah, makin mudah saja pelayanan untuk calon penumpang. Akhirnya aku putuskan untuk membeli tiket berangkat saja dan pulangnya (karena belum ada kepastian tanggal) akan aku beli di Kantor Pos.
Pada hari keberangkatan, sebelum pukul 23.00 wib aku sudah siap di stasiun. Lebih baik menunggu daripada terburu – buru, begitu pertimbanganku. Sambil terkantuk – kantuk, anak – anak ikut mengantar karena tidak mau ditinggal. Pukul 23.30 wib mendapat informasi dari Polsus KA bahwa kereta diperkirakan terlambat lebih dari satu jam. Hah?! Terlambat? Ternyata karena ada gerbong kereta yang anjlog do stasiun Balapan, Solo. Ah, semoga lekas diatasi dan perjalanan selanjutnya lancar. Jangan kebiasaan delay ya? Aamiin…
Akhirnya, aku diantar rombongan kecilku menunggu di ruang tunggu penumpang umum. Sengaja aku tidak menunggu di ruang tunggu eksekutif karena anak – anak ingin melihat kereta. Aku sendiri ingin melihat – lihat suasana stasiun. Kami duduk – duduk di bangku tunggu empat seat yang terbuat dari stainless steel , bukan bangku panjang dari kayu yang sering tergambar di benakku mengenai ruang tunggu stasiun. Lantai ruang tunggu yang dikeramik kombinasi warna krem dan coklat terrakota juga terlihat bersih. Tak ada sampah berserakan yang dulu sering kulihat saat kecil bila akan ke Jakarta bersama orang tuaku. Banyak tong sampah yang tertutup disediakan di sekitar stasiun. Beberapa orang cleaning service juga tak henti untuk membersihkan lantai atau bangku yang terlihat kotor. Fasilitas kamar kecil juga disediakan, gratis. Cukup bersih dengan air mengalir yang melimpah.
Yang tak kalah menarik adalah pemandangan pedagang asongan di dalam stasiun. Mereka berseragam berwarna biru tua dengan dagangan yang dikemas dan tertata rapi. Cara menera menjajakan juga tidak membuat gerah calon pembeli. Mereka tidak menawarkan dengan memasuki dari gerbong ke gerbong, tapi hanya menawarkan dari pintu gerbong. Penumpang yang membutuhkan akan menuju pintu gerbong, menghampiri. Sehingga suasana di dalam gerbong tetap nyaman.
Memperhatikan perubahan yang sangat nyata terhadap pelayanan stasiun kereta api, tak terasa kalau waktu sudah beranjak lebih dari satu jam. Beberpa kereta silih berganti datang dan pergi. Penumpang pun turun naik. Pukul 01.55 wib, kereta yang akan kunaiki datang. Kereta tidak berhenti lama, hanya sekitar lima menitan. Pukul 02.00 wib kereta mulai berjalan perlahan dan akhirnya meninggalkan stasiun Purwokerto menuju Jakarta.
Di dalam kereta, tempat duduk yang dapat distel terasa sangat nyaman. Seluruh tempat duduk hampir penuh. Air conditionernya tidak terlalu dingin sehingga aku tidak membutuhkan selimut untuk dapat tidur dengan nyaman. Tapi mataku tak mau terpejam. Entah karena terlalu excited dengan layanan Kereta Api sekarang atau karena hal lain, yang jelas aku hanya memandang kosong pada langit gelap dari balik jendela yang tirainya setengah terbuka.
Pukul 05.55 wib, Kereta Api berhenti di Stasiun Dawuan. Stasiun kecil setelah Cirebon. Di sini kereta berhenti cukup lama, hampir lima belas menit. Beberapa penumpang kulihat menunaikan shalat subuh di bangkunya masing – masing. Kugunakan kesempatan ini umtuk ke kamar kecil. Sambil menunggu antrian, di dekat resto kulihat beberapa bapak – bapak berkumpul sambil bercakap – cakap ramai. Rupanya itu smoking area.
Beberapa crew kereta menawarkan sarapan pagi. Aku yang terbiasa sarapan, akhirnya memilih nasi goreng dan segelas kopi susu. Sayang, pelayanan yang nyaman agak terganggu dengan menu yang kurasakan kurang cocok. Nasgornya terlalu asin dan kopi susunya encer. Kopinya kopi bubuk yang berampas. Untuk sepiring nasi goreng dengan lauk telur dadar dan sepotong daging giling goreng, serta segelas kopi susu, aku harus merogoh kocek sebesar tiga puluh ribu rupiah. Ah, mahal! He he he… Tapi lumayan, daripada nanti perut bermasalah.
Kereta melanjutkan perjalanan dan pukul 07.05 wib sampai di Stasiun Jatinegara. Kereta berhenti untuk menurunkan penumpang. Tidak lama karena penumpang yang turun di sini juga tidak banyak. Setelah berjalan beberapa saat, pukul 07.26 wib, sampailah kereta di stasiun terakhir, Gambir.
Di Stasiun yang terkenal ini aku turun dan keluar melalui pintu utara. Setelah bertanya tempat pemesanan taksi pada petugas jaga stasiun (entah, petugas apa ya, seragamnya biru tua), aku memesan taksi Blue Bird sesuai rekomendasi seorang teman. Aku memang agak ragu dengan sembarang taksi, sehingga agak cukup lama aku menunggu di peron stasiun sebelum memutuskan memesan taksi. Di tempat pemesanan, aku dikenai biaya taxi service  sebesar lima ribu rupiah. Tak apalah, yang penting aman, mengingat aku sendirian.
Blue Bird memang taksi resmi di stasiun gambir selain Taxiku dan Putra Taxi (info dari pengemudi taksi) yang berwarna kuning. Blue Bird sendiri berwarna biru. Pengemudinya cukup ramah dan identitasnya, juga identitas kendaraannya jelas. Biaya taksi dengan menggunakan argo, tidak perlu tawar – menawar (ini yang aku hindari!). Alkhamdulillah, pukul 08.15 wib aku sampai di Hotel Ibis Slipi di Jl. Letjen. S. Parman dengan selamat. Argo taksi menunjukkan pada angka 27500.  Sementara bila order by phone, untuk taksi reguler Blue Bird dikenai minimum charge sebesar tigapuluh ribu rupiah. Tigapuluh ribu rupiah tidaklah mahal untuk sebuah kenyamanan dan rasa aman. Untuk pembatalan dikenai fee sepuluh ribu rupiah. Semua tertulis dengan jelas pada stiker – stiker yang ditempel di dalam taksi. Sebuah standar pelayanan terhadap pelanggan yang transparan.
Secara umum, aku cukup puas dengan pelayanan kereta api yang kualami dalam perjalanan kali ini. Semoga ke depannya semakin baik.